Rabu, 18 Februari 2009

Retretku Panggilanku

Alpha dan Omega (awal dan akhir). Setiap manusia pasti akan ada awal dan akhirnya. Kita diciptakan untuk hidup di dunia ini dan nantinya pasti kita pun juga akan meninggalkan dunia ini pula. Tidak mungkin kita akan senantiasa hidup selamanya di dunia ini. Segala yang ada di dunia ini dan segala kenikmatan yang telah kita rasakan bukanlah segalanya bagi kita, semua ini hanyalah bersifat sementara. Kita jangan sampai mudah terpengaruh oleh segala kehidupan duniawi, sebab kehidupan duniawi hanya membuat kita menjadi ketergantungan akan hal duniawi tersebut. Hal duniawi itu memang penting, tetapi janganlah kita sampai mementingkan hal tersebut sehingga kita lupa akan Tuhan.

Retret ini adalah retret yang pertama kali saya laksanakan di seminari ini. Sebelumnya saya sudah beberapa kali mengikuti kegiatan retret, akan tetapi retret saya kali ini sungguh sangatlah berbeda dari beberapa retret saya yang sebelumnya yang pernah saya ikuti. Apa si arti retret yang sebenarnya bagi diri saya?

Kalu menurut saya pribadi, retret itu menyepi, mengulang kembali apa yang sudah kita lakukan di masa lampau. Di dalam retret ini kita di ajak untuk merefleksikan kembali hidup kita di masa lalu, mengenal diri sendiri dan sesama, dan merubah segala tingkah laku kita yang buruk, agar kedepannya nanti kita bisa manjadi pribadi yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Saya merasakan hal yang sangat berbeda sekali pada kesempatan retret saya kali ini, mungkin karena tempatnya juga yang berbeda yaitu di tembat biara susteran. Jadi kami semua tidak bisa ngobrol dengan keras seenaknya. Di biara ini sungguh suasana silentiumnya (waktu diam) terasa sekali, maka dari itu inilah salah satu yang membuat retret saya kali ini berbeda.

Dalam retret ini saya di ajak untuk mengetahui bahwa betapa besarnya penderitaan yang Yesus alami dalam memanggul atau memikul salib-Nya yang berat untuk dapat sampai ke puncak Golgota ( tempat tengkorak). Ia rela memanggul salib yang berat dan wafat di kayu salib untuk kita manusia.

Ketika acara jalan salib, saya ikut mencoba merasakan penderitaan Yesus. Meskipun penderitaan yang saya rasakan dalam jalan salib itu tidak sama dengan apa yang di rasakan oleh Yesus, tetapi saya bisa sedikit merasakan betapa beratnya penderitaan tersebut. Bayangkan, itu saja baru saya sudah lelah sekali, tetapi Yesus sungguh kuat dalam memanggul salibnya untuk sampai ke puncak Golgota.

Selama retret empat hari ini, saya merasakan sesuatu yang berbeda pada diri saya. Entah kenapa saya jadi merasa lebih dekat dengan Tuhan dibanding yang sebelumnya. Saya sungguh merasakan Tuhan itu sungguh hadir dalam diri saya. Buktinya ketika sudah selesai mengikuti jalan salib, saya padahal merasa lelah sekali, tetapi tidak lama kemudian entah kenapa badan saya menjadi berstamina kembali.

Ini pun membuat panggilan saya menjadi lebih kuat agar saya tetap lanjut di seminari. Akhirnya saya pun memutuskan untuk tetap lanjut dalam menapaki panggilan Tuhan. Saya menyadari bahwa saya memang hanyalah manusia biasa yang tidah punya kekuatan lebih separti yang Yesus miliki dan pasti tidak luput dari segala kesalahan-kesalahan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi saya yakin dan percaya bahwa Yesus akan selalu membimbing dan menyertai saya selalu sampai kapanpun dan di manapun saya berada.

Saya yakin bahwa setiap langkah saya pasti selalu di lindungi dan juga dibimbing oleh Tuhan. Saya pun berani memutuskan untuk tetap di seminari karena tekat saya yang sudah ada dari awal mula pada saat saya masuk. Mudah-mudahan saja dengan tetapnya saya di seminari, Tuhan tetap bersama saya dan tidak meninggalkan saya agar saya mampu menapaki panggilannya dengan sepenuh hati.

Jadi Tidak Berarti

Cinta…
Apalah artinya cinta
bila hanya membuatorang menderita
karena saling cinta

Kasih…
Sungguh tiada berarti
bila tiada rasa percaya
dan salingmengerti
satu sama lain

Sayang…
Apalah artinya sayang
bila hanya melalui perkataan
tetapi tidak melalui perbuatan
dan hanya berani berkata sayang
didepan yang disayang
tetapi dibelakang…
entah bersama siapa jauh melayang
melupakan
dan meninggalkan
yang semula dibilang sayang

Semua itu
sungguh amat menyakitkan
dan jadi tiada berarti lagi



Oktober 2008

LoVe

Warta TUHAN

Sebarkanlah warta ini dan mengucap syukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik!

AKU MOHON PADA TUHAN

Aku mohon sekuntum bunga
Ia memberiku taman

Aku mohon sebatang pohon
Ia memberiku hutan

Aku mohon aliran sungai
Ia memberiku samudera

Aku mohon seorang sahabat
Ia memberiku “engkau”

Aktifitas di WB