Minggu, 27 Februari 2011

Panggilan yang dari Dia dan Melalui Dia

Aku ada, tercipta utuh baik adanya sebagaimana dengan apa yang telah dikehendakinya terhadap diriku. Itu semua terjadi karena Dia hadir dan menciptakan sebuah karya yang ajaib bagi hidupku.
Kegiatan rekoleksi sudah kerap kali aku ikuti. Namun, kali ini tepat pada hari sabtu tanggal 26 – hari minggu tanggal 27 februari, kami satu komunitas Seminari Wacana Bhakti mengikuti kegiatan rekoleksi yang dibawakan oleh para frater dan romo dari ordo Xaverian. Rekoleksi diawali dengan olah raga bersama dengan para frater. Setelah itu kami diperkenankan untuk potus serta mandi sore terlebih dahulu.
Ketika sesi dimulai, salah seorang frater mencoba untuk mensharingkan tentang bagaimana tentang panggilan hidupnya hingga kini ia mampu menjadi seorang frater Xaverian. Setelah mendengar segeluntir kata-kata darinya, ternyata memang benar bahwa sesuatu hal apapun itu tidak akan pernah untuk dapat dianggap selesai, seperti halnya seorang pendaki gunung yang pasti masih memiliki banyak rintangan dan masih banyak lagi pendakian diri yang harus dilakukan.
Rekoleksi yang bertujuan untuk menguatkan panggilan ini sungguh bermanfaat bagiku, karena dari sini aku dapat memetik buah-buah rohani yang nantinya dapat kukembangkan bagi kelangsungan kehidupanku dikemudian hari. Memang setiap manusia memiliki berbagai karakter yang tentunya berbeda-beda, namun dari berbagai karakter ini aku juga harus dapat berusaha mencari cara untuk dapat mengembangkan karater tersebut agar nanti dapat berguna juga bagi siapa saja.
Semua manusia merupakan potensi panggilan dalam kehidupannya masing-masing, begitu juga dengan aku. Hal tersebut dikatakan demikian karena aku dan kita semua dapat berkembang. Aku memang dapat berkembang sebagaimana mestinya aku harus mengembangkan pribadiku sematang mungkin. Perkembangan tentu butuh proses dan aku pun tentu juga harus membuat hatiku untuk tetap terbuka agar nantinya aku dapat mencapai serta menemukan sebuah kehendak, yaitu kehendak Allah yang menghidupkan.
Dalam mengembangan potensi pada diriku, aku juga sangat membutuhkan sebuah relasi yang yang kokoh agar dapat membimbing jalan panggilanku. Relasi dengan sesama manusia memang penting, namun relasi tersebut tidaklah cukup bila aku belum dapat memiliki sebuah relasi yang erat dengan Yang Maha Kuasa. Aku sadar, karena hanya dari Dia dan melalui Dialah aku dapat tumbuh serta berkembang dengan baik adanya. Namun, melalui potensi diriku ini aku sebisa mungkin tidak akan mengembangkan potensiku untuk menjadi batu sandungan bagi temanku, justru aku ingin menjadi berkat yang benar-benar berguna bagi sesamaku dalam menapaki sebuah panggilan dalam sebuah komunitasku ini.
Melalui tekat dan kenginanku dari awal yang telah aku tanam, aku mencoba untuk tetap teguh terhadap panggilanku sebagai seorang seminaris. Aku memang telah dicipta, di panggil, dan pada akhirnya aku pun akan berkarya untuk diriku sendiri serta sesama. Dalam berkarya aku memang memiliki kebebasan, namun jika aku menyalahgunakan kebebasan itu, nanti pada akhirnya akan menjadi cambuk pula bagi diriku. Rencanaku memang tidak sejalan dengan rencana-Nya, namun bagiku rencana-Nya jauh lebih baik dan mampu membuat diriku manjadi baik adanya pula.

Selasa, 22 Februari 2011

Reflrksi Kebebasan dalam Mencari Nafkah

Waktu berlalu sebagaimana seharusnya ia berlalu. Demikian juga halnya dengan kehidupan manusia. Bergulir lambat, tetapi pasti, penuh hasrat, serta penuh dengan pengalaman yang seolah-olah bersarat. Seperti yang telah kita ketahui bahwa kebebasan merupakan suatu keberadaan kita yang tidak dibatasi atau keadaan yang tanpa harus adanya penghalang serta penghambat apapun sehingga pada akhirnya kita sebagai manusia mampu melakukan apapun yang sekiranya kita mau lakukan, baik itu dalam kehidupan pribadi kita ataupun dalam hidup sosial dengan masyarakat lainnya.

Kita sebagai manusia pada dasarnya memilii sebuah hasrat untuk mencapai sebuah kesempurnaan pada diri kita. Dari hasrat kita yang kuat ini, maka akan mudah timbul juga rasa keinginan untuk dapat bebas akan suatu hal yang dapat menguntungkan dirinya secara pribadi. Banyak dari kita yang sudah mampu memikirkan untuk kehidupan di masa depannya memiliki keinginan untuk dapat bebas dalam menjalankan pekerjaannya atau dalam hal mencari nafkah. Banyak cara yang dapat kita lakukan agar kita dapat memperoleh hasil dari jerih payah yang telah kita lakukan. Namun, seringkali kini kita semakin dibatasi dalam mendapatkan pekerjaan yang kita mau. Seperti cotnoh, untuk dapat masuk kesebuah perusahaan minimal kita harus memegang ijasah S1, sementara masyarakat masih banyak yang belum dapat mangenyam pendidikan sampai satinggi itu.

Sebenarnya kalau kita benar-benar orang yang kreatif, banyak pekerjaan yang dapat kita lakukan untuk dapat meraup hasil atau mendapatkan nafkah untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, aku merasa dalam melakukan kegiatan tersebut faktor lingkungannya juga dapat mempengaruhi mereka sehingga mereka tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih layak atau mendapatkan pekerjaan yang mampu meraih upah yang lebih banyak lagi dari apa yang sebelumnya ia telah dapatkan.

Dari hal ini aku dapat memetik makna yang terpandam bahwa kehidupan ini memang hanyalah satu kali dan dari kehidupan ini kita harus dapat mengoptimalkan segala usaha yang ingin kita lakukan. Bagiku, cukuplah penderitaan yang mampu menjadikan seseorang semakin manusiawi dan cukup pengharapan untuk menjadikan orang tersebut bahagia. Masa depan yang gemilang akan mudah kita raih jika kita juga bertanggung jawab atas kebebasan yang telah kita terima.