Kamis, 24 Desember 2009

Lete Langga Duik - John Seme - Album Pop Rohani Rote

Feliz Natal

"Hanya Kata"


Tersudut, aku duduk terdiam
tersentak hati ku geram
merenung dan memikirkan
menanti untuk menyaksikan
peristiwa kelahiran Jesus Tuhan

Tak tahu, sungguhku tak tahu
hal apa yang hendak ku perbuat
demi menyambut
Kristus sang Juru Selamat

Malam kian kelam
hari terus berganti
diriku semakin geram
tak sabar kian menanti

Teng...
Teng.....
Teng........
Bunyi lonceng terdengar
terdengar dan mengaung merdu di telingaku
sekian lama ku menanti
tiba kian hari kelahiran-Mu

Ingin sesuatu ku berikan
karena hatiku sungguh riang
tapi hanya kata yang dapat terucapkan
SELAMAT NATAL WAHAI "SANG TERANG"

Semua butuh "Engkau"

Jumat, 18 Desember 2009

BERMEDITASI....?



Apa si gunanya bermeditasi...?

B
ingung si awalnya meditasi itu sebenarnya buat apa dan apa guna serta pengaruhnya. Dan pada awalnya saya juga bingung kalau saya melakukan meditasi dan pada saat meditasi, saya mau ngapain..? Apa saya cuma duduk diem dengan mata terpejam aja atau bagaimana..? Huh.....
Tetapi akhirnya karena saya sudah beberapa kali mengikutu reat-reat dan setelah saya banyak mendengar dari para formator serta menurut sumber buku yang saya baca, ternyata bermeditasi itu bisa berpengaruh sekali dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan bermeditasi, saya menjadi semakin bisa untuk melihat lebih dalam dan mensyukuri berbagai karya-karya Tuhan yang ada. Selain saya bisa melihat lebih dalam dan mensyukuri berbagai karya dan ciptaan Tuhan, saya juga jadi bisa untuk menenangkan diri saya , mengatur emosi, serta menenangkan batin ketika diri saya sedang gundah gulana atau ketika pikiran saya sedang dalam keadaan galau yang kian memukau.

Setelah mencoba berlatih untuk melakukan meditasi sekitar setahun, kini diri saya sudah semakin terbiasa jikalau saya sedang melakukan meditasi.

Senin, 14 Desember 2009

Slank -Gitar sweet 2 forget


G
i took my guitar
C
and i begin to play
Em
those old band in their songs
F C
from our yesterday

G
but only half way through
C
think i should\'ve say
Em
those old memories came
F C
through into my head

G F C
oh your so sweet too sweet to forget
Am Em
memories appear along with you
F C
its all in my dreams

G F C
you just so sweet too sweet to forget
Am Em
you dont love me the same as i love you
F C
its not to be.. I regret..

G
day are passing by
C
the wind begins to blow
Em
season is changing and
F C
the leave begin to grow

G
but the words inside my heart
C
will forever still through
Em
wherever i will go
F C
whatever i will do


D Am
inside of cold dark lonely night
D
memories of two of us
Am F
begin to take fly


G F C
you just so sweet too sweet to forget
Am Em
but you dont love me like i love you
F C
its not to be.. i regret..

Sabtu, 28 November 2009


AKU MOHON PADA TUHAN

Aku mohon sekuntum bunga

Ia memberiku taman

Aku mohon sebatang pohon

Ia memberiku hutan
Aku mohon aliran sungai

Ia memberiku samudera

Aku mohon seorang sahabat

Ia memberiku “engkau”


Sebarkanlah warta ini dan mengucap syukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik!
Tinta Abadi


Aku bermimpi aku berada di surga
di mana seorang malaikat mencatat dalam buku Tuhan.
Ia begitu asyik menulis
membuatku tertarik untuk melihatnya.

Bukanlah, pertama-tama, tulisannya
yang membuatku berhenti dan berpikir,
melainkan cairan dalam botol
yang bertuliskan `Tinta Abadi'.

Tinta ini sungguh amat menakjubkan,
hitam pekat warnanya
tetapi, begitu menyentuh kertas tulis
ia menjadi bening sebening air.

Sang malaikat terus saja menulis,
namun dalam sekejap mata
huruf-hurufnya pun menghilang
dengan tinta abadi yang aneh itu.

Malaikat tidak peduli,
terus saja ia menulis dan menulis.
Membalikkan setiap halaman dan mengisinya
hingga semua tempat penuh terisi.

Aku pikir ia menulis tanpa guna,
segala usahanya sia-sia belaka,
oleh sebab ia menulis beribu-ribu halaman
yang tak akan dapat dibacanya kembali.

Dan sementara aku mengamat-amati serta terheran-heran
terlihatlah olehku suatu pemandangan yang mempesona,
aku sungguh melihat sebuah kata tetap tinggal hitam
sementara tintanya mulai mengering.


Malaikat menulis dan aku pikir aku melihat
secercah sinar kepuasan menghiasi wajahnya.
Pada akhirnya, punya juga ia sesuatu untuk ditunjukkan
atas segala jerih payahnya.

Sebaris atau dua dihiasi tulisan yang tetap tinggal
amatlah hitam pekat warnanya.
Sungguh aneh, paragraf berikutnya
menjadi tak terlihat kembali.

Buku semakin penuh terisi,
oleh catatan yang dituliskan malaikat dengan tekun.
Tetapi sebagian besar tampak kosong,
dengan hanya beberapa kata yang tetap tinggal.

Aku tahu, pastilah ada suatu alasan.
Namun semakin aku berpikir,
semakin aku tidak dapat menangkap
arti tinta abadi itu.

Misteri itu sungguh membangkitkan rasa penasaran,
sehingga akhirnya aku memberanikan diri untuk meminta
malaikat menjelaskan kepadaku
tugasnya yang menakjubkan itu.

Dan apa yang aku dengar amatlah menakutkan.
Sementara malaikat menoleh kepadaku
ia menatapku dengan tajam,
dan inilah yang dikatakannya …

Aku tahu engkau berdiri dan terheran-heran
akan apa artinya catatanku ini.
Tetapi Tuhan telah memerintahkan aku untuk mencatat
kehidupan mereka yang ada di dunia.

Buku ini
adalah buku catatan kebenaran
tentang setiap kata dan perbuatan
serta akibat-akibat yang mereka timbulkan.

Dan oleh karena engkau telah melihatnya
aku harus mengatakan sejujurnya kepadamu;
catatan yang aku tulis
adalah catatan yang seksama tentang ENGKAU.

Tuhan memerintahkan aku untuk mengawasimu
setiap hari sementara engkau bekerja dan bermain.
Aku melihatmu apabila engkau pergi ke gereja,
Aku melihatmu apabila engkau berdoa.

Tetapi, oleh karena aku diperintahkan untuk mencatat
seluruh kehidupanmu sepanjang waktu,
aku menulis apabila engkau bangga dan berani,
aku menulis apabila engkau lemah lembut.

Aku mencatat semua tingkah lakumu
entah baik atau pun buruk.
Aku menyesal apabila harus menuliskan
hal-hal yang menjadikan Allah bersedih.

Jadi, sekarang aku nyatakan rahasia
dari tinta abadi ini,
oleh sebab misterinya yang tersembunyi
hendaknya membuatmu berhenti serta berpikir.

Tinta ini, yang Tuhan ciptakan
untuk membantuku menuliskan catatanku
hanya akan menyimpan catatan akan
hal-hal yang abadi.

Begitu banyak waktu terbuang percuma
pada hal-hal yang tidak berguna.
Jadi, daripada menghapus catatanku
hingga kertasku coreng-moreng dan ternoda,

Aku tetap menulis dengan tekun dan
membiarkan tinta abadi menyelesaikannya
sebab ia dapat memutuskan
apa yang berguna dan apa yang tidak.

Dan Tuhan menjadikan sementara aku mencatat
segala yang engkau katakan dan lakukan,
perbuatan-perbuatanmu yang sia-sia
akan terhapus dengan sendirinya.

Jika buku-buku itu dibuka suatu hari nanti,
di surga apabila saatnya telah tiba;
tinta abadi Tuhan akan menjadi saksi
atas apa yang paling berharga bagimu.

Jika engkau hidup hanya untuk menyenangkan dirimu sendiri saja
halaman-halamanmu akan kosong,
dan Tuhan tidak akan menghadiahkan mahkota bagimu
ketika engkau tiba di surga.

Sesungguhnya, engkau akan malu,
engkau akan menundukkan kepalamu penuh sesal
sebab engkau tidak memberikan dirimu
dengan cinta dalam Nama Yesus.

Namun demikian, mungkin akan ada
baris-baris yang terbaca
yang menunjukkan saat-saat di mana engkau penuh perhatian,
mengasihi dengan tulus dan berdoa.

Ttetapi, engkau akan selalu bertanya-tanya
sementara engkau memasuki gerbang surgawi
betapa akan lebih bahagianya engkau
andai saja engkau melakukannya lebih banyak lagi.

Sebab aku mencatat peristiwa seperti yang dilihat Tuhan,
aku bahkan tidak berhenti untuk memikirkannya
oleh karena kebenaran telah dituliskan
dengan tinta abadi Tuhan.”

Ketika aku mendengar penjelasan malaikat
aku jatuh bersimpuh dan menangis dan menangis,
sebab aku masih tengah bermimpi
dan belum sungguh-sungguh mati.

Dan aku berseru: “Oh, malaikat, katakan kepada Tuhan
segera sesudah aku bangun
aku akan mempersembahkan seluruh hidupku bagi Yesus
aku akan melakukan segalanya demi kemuliaan-Nya.

Aku akan menyerah pasrah;
aku akan melakukan segala sesuatu yang Ia ingin aku lakukan;
aku akan berpaling dari diriku sendiri dan dari dosa
serta dari segala sesuatu yang bukan kebenaran.

Dan meskipun jalannya tampak panjang serta penuh rintangan
aku berjanji akan bertahan.
Aku bertekad untuk mengejar hal-hal
yang kudus, suci dan murni.

Dengan Yesus sebagai penolongku,
aku akan memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan,
sebab aku tahu bahwa mereka akan tinggal bersama Kristus
untuk selamanya dalam keabadian.

Dan itulah yang sesungguhnya berharga
ketika hidupku di dunia sudah berakhir
yaitu bahwa aku akan berada di hadirat Tuhan
dan mendengar-Nya berkata, “Sungguh baik yang engkau lakukan.”

Mary Had A Little Lamb



Mary had a little lamb
His fleece was white as snow.
And everywhere that Mary went
the Lamb was sure to go.

He followed her to school each day,
twasn't even in the rule.
He made the children laugh and play
to have a Lamb at school.

And then the rules all changed one day,
illegal it become
to bring the Lamb of God to school
or even speak His Name.

Everyday got worse and worse,
and days turned into years.
Instead of hearing children laugh,
we heard gun shots and tears.

What must we do to stop the crime,
that's in our school today?
Let's let the Lamb come back to school
and teach our kids to pray!

Pakaian Liturgi atau Paramente

(Sumber: Buku Pengantar Liturgi, E. Martasudjita, Pr, hal 123-128)


Gereja perdana rupanya belum mengenal berbagai macam pakaian liturgi. Mereka hanya mengenal berpakaian yang pantas atau untuk ke pesta. Saat Gereja sudah mengalami perubahan nasib pada jaman Kaisar Konstantinus abad IV, para klerus mendapatkan penghormatan tinggi (orang telah mengenal para klerus sebagai pemimpin agama yang suci). Secara perlahan, klerus mendapat pakaian kebesaran yang dikenakan oleh para pegawai dan petinggi kekaisaran romawi pada waktu itu. Sejak saat itu, pakaian klerus diperindah dan beraneka ragam seperti jubah dan singel besar, stola dan kasula.
Pada abad V penggunaan pakaian itu resmi terjadi dalam liturgi, saat pakaian laki-laki orang Romawi Kuno, yaitu tunika digunakan dalam liturgi. Dalam perjalanan sejarah, pakaian liturgi itu mengalami perkembangan. Pakaian liturgi itu biasa disebut juga sebagai paramente.
Makna pakaian liturgi tersebut:
1. Menampilkan dan mengungkapkan aneka fungsi tugas pelayanan yang sedang dilaksanakan.
2. Menonjolkan sifat meriah pesta perayaan liturgi.
3. Melambangkan kehadiran Yesus Kristus (Persona Christi).
Mohon diingat: Penggunaan pakaian liturgi hanyalah menunjukkan bahwa si pemakai menjadi simbol dari apa yang tidak kelihatan, yakni : kepemimpinan dan fungsi Yesus Kristus, Sang Imam Agung Perjanjian Baru. Jadi, pakaian liturgi bukanlah suatu dogma yang harus selalu dipertahankan menurut bentuk dan cara pemakaiannya. Usaha menggantikan pakaian liturgi Romawi dengan pakaian adat daerah bukanlah tanpa masalah, yang penting pantas dan sesuai dalam sebuah perayaan liturgi.


Beberapa pakaian liturgi yang terpenting:
1. Alba : Semacam jubah yang terbuat dari kain linen putih. Jika imam yang tidak berjubah hendak merayakan Ekaristi, maka imam memakai alba sebagai ganti jubah.

2. Amik : sehelai kain putih persegi empat atau oblong, berbahan linen, dengan sambungan seperti pita, yang berfungsi sebagai simpul untuk mengencangkannya di seputar pundak imam.

3. Singel : tali panjang yang dililitkan di pinggang petugas liturgi yang berfungsi sebagai ikat pinggang.

4. Stola : Semacam selendang yang dikenakan imam saat merayakan Ekaristi. Warnanya sesuai dengan warna liturgi.

5. Kasula : Pakaian liturgis terluar yang dipakai oeh seorang imam dalam gereja – gereja katolik.

6. Dalmatik : Selembar tunik panjang berlengan lebar, yang dikenakan sebagai salah satu pakaian liturgis dalam Gereja Katolik Roma, Gereja Anglikan, Gereja Methodis, kadangkala dikenakan oleh diakon dalam peribadatan atau Misa dan, meskipun tidak sering, oleh para uskup sebagai busana dalam di atas alba.

7. Superpli : Alba yang panjangnya sebatas pinggang.
Sehelai tunik berbahan linen atau katun putih, berlengan lebar atau sedang. Kadang-kadang diberi hiasan renda atau bordiran, tapi yang paling sering dijumpai adalah surplis yang tepinya dikelim.

8. Pluviale : Mantel yang dikaitkan di dada, yang menjuntai hingga mata kaki, yang dikenakan oleh uskup, imam, dan diakon.

9.Velum : kain panjang segi empat disampirkan melingkari pundak dan digunakan untuk menutupi tangan pada saat membawa monstrans.

10. Pallium : Sehelai selempang berbahan wool dari bulu anak domba dihiasi enam salib hitam, disampirkan pada pundak melingkari leher, kedua ujungnya masing-masing menjuntai pada punggung dan dada pemakainya, dikenakan oleh Sri Paus dan dianugerahkan olehnya kepada para metropolitan dan uskup agung.

Warna-warna Liturgi:

1. Warna Kuning
Kuning mengungkapkan kemuliaan, kemenangan, dan kegembiraan.
Warna ini bisa dipertukarkan dengan warna putih dan dipakai pada hari-hari raya seperti Natal, Paskah, dan lain-lain.

2. Warna Merah
Merah melambangkan Roh Kudus, darah, api, cinta kasih, pengorbanan, dan kekuatan.
Warna ini dipakai pada hari raya Jumat Agung, Minggu Palma, Pentekosta, dan pesta para martir.

3. Warna Putih
Putih mengungkapkan kegembiraan dan kesucian
Warna ini bisa dipertukarkan dengan warna kuning dan dipakai pada hari-hari raya seperti Natal, Paskah, Kamis Putih. Warna putih juga dipakai untuk pesta Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, para malaikat, para santo dan santa (yang bukan martir).

4. Warna Ungu
Ungu mengungkapkan tobat, duka, dan mati raga
Warna ini dipakai pada masa Adven, Prapaskah dan misa arwah atau pemakaman.

5. Warna Hijau
Hijau melambangkan harapan, syukur dan kesuburan.
Warna ini dipakai pada hari-hari dalam Masa Biasa.

6. Warna Hitam
Hitam mengungkapkan kesedihan atau berkabung
Warna ini dipakai pada masa arwah atau pemakaman meskipun sekarang jarang dipakai. Yang kini biasa dipakai sebagai gantinya adalah warna ungu.

Kamis, 26 November 2009

Ordo Karmelit

Sejarah singkat
Ordo Karmel adalah Ordo yang tua. Berawal dari sekumpulan para pertapa di gunung Karmel, Ordo Karmel berkembang menjadi Ordo yang mendunia dengan hadir di 5 benua. Nama resmi Ordo Karmel adalah Ordo fratrum Beatæ Virginis Mariæ de monte Carmelo (Ordo saudara-saudara Santa Maria dari Gunung Karmel).
Tidak seperti Ordo dan konggregasi lain yang memiliki pendiri, Ordo Karmel hanya memiliki apa yang sering disebut dengan Inspirator, yakni Nabi Elia. Nabi Elia adalah figur nabi besar yang dihormati 3 agama besar, Yahudi, Islam dan Kristen. Dalam seluruh hidupnya, nabi Elia selalu berusaha mencari , menemukan, dan bekarya untuk Allah. Semangat Elia dan juga nanti muridnya Elisa inilah yang menjadi semangat dan spirit para karmelit awali.
Asal mula Ordo Karmel memang dari tanah suci namun dalam pekembangannya, Ordo Karmel bermigrasi ke Eropa dan dari sana berkembang ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Saat ini jumlah anggota Ordo Karmel berkisar 2010 karmelit tersebar di 25 negara Inggris, Italia, Malta, Irlandia, Belanda, Polandia, cekoslowakia, Lithunia, Rumania, Portugal, Perancis, Jerman, Spanyol, USA, Peru, Trinidad, Mexico, Bolivia, Venezuela, Colombia, Argentina, Rep. Dominikan, Trinidad,Brazil, Kanada, India, Vietnam, Flipina, Solomon, Indonesia, Australia, Tanzania, Zimbabwe, Kamerun, Mosambik, Burkina Faso.

Spritualitas
Semangat spiritualitas Karmel ada 3 yakni:
1. Doa
Ordo Karmel berusaha dalam hidupnya untuk selalu bersemuka dengan Allah dalam doa dan kontemplasi (Vacare Deo) . Dengan doa dan kontemplasi, seluruh karya dan pelayanan Ordo Karmel adalah dalam rangka mencari, menemukan memuliakan Tuhan.

2. Persaudaraan
Seperti yang terjadi pada Ordo-ordo tua yang hidup dalam komunitas dan persaudaraan, maka hidup para Karmelit pun juga menghayati hidup dalam persaudaraan. Karena itulah dalam karmel, dikembangkan semangat hidup berkomunitas dan bersaudara sesama konfrater. semnagat ini juga mewarnai karya para karmelit.
3. Kenabian
Karya pelayanan Ordo Karmel adalah kenabian. kenabian adalah semnagat yang dihidupi para Nabi yang senantiasa membela Allah dalam hidup mereka. Karena itu Para Karmelit dapat bekerja dalam bidang apa saja namun dengan semangat kenabian, yaitu menempatakan Allah sebagai satu-satunya yang harus dicari, dihidupi, dan disembah.

Jumat, 20 November 2009

Otobiografiku


Tepat sekitar 17 tahun yang lalu, Tuhan telah mencurahkan rahmatnya dan melahirkan seorang anak manusia ke dunia. Seorang anak manusia tersebut telah terlahir pada hari kanis keliwon tangal 23 september 1992 tepatnya pukul 00.00. Terlahir di rumah sakit Puskesmas, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur dengan keadaan normal dengan berat badan 4,2 kg dan panjang 52 cm. Anak tersebut adalah aku, aku yang selama Sembilan bulan berada di dalam kandungan ibuku yang kini telah dilahirkan ke dunia. Aku terlahir dengan keadaan selamat dan sehat walafiat.
Ayahku bernama Bernadinus Lasiyo. Ia lahir di Jawa Tengah, Klaten. Ia mengakhiri sekolahnya di jenjang S1. Ayahku kini hanya bekerja sebagai guru agama di SD negri dan hanya sebagai sales buku. Ia adalah seorang ayah yang mendidik dan membesarkan aku dari aku kecil hingga saat ini. Ayahku adalah orang yang terbilang tegas dan selalu taat terhadap setiap aturan yang ada. Karena ketegasannya itu, akupun sangat takut kepadanya. Aku takut terhadap ayahku bukan berarti aku berani menentang ibuku. Aku takut terhadap ketegasan orang tuaku tetapi yang paling aku takuti adalah sosok ayahku. Aku sangat takut jika ayahku marah karena jika ia marah, aku membayangkan ayahku seperti “monster” yang tidak dapat dikalahkan. Tetapi meskipun demikian ia sangatlah baik terhadap siapapun. Ia tidah pernah membeda-bedakan orang dan ia pun sangat ramah terhadap siapapun. Ayahku tergolong seorang pekerja keras. Ia sangat sabar dalam mendidik anak-anaknya dan ia selalu menasehati kami anak-anaknya jika kami melenceng dari apa yang benar.
Ayahku, sejak kecil adalah orang yang bisa dibilang orang yang sangat mandiri. Ia menjalani hidupnya sejak kecil dengan apa adanya. Dimasa ia kecil, ayahku selalu membantu ibunya untuk bercocok tanam di sawah dan menggembalakan hewan ternaknya. Kerena pada masa itu sulit sekali untuk bisa mendapatkan minyak tanah, ayahku rela pergi kehutan guna mandapatkan kayu bakar agar dapat digunakan untuk memasak. Karena faktor ekonomi, ayahku pun memanfaatkan kayu bakar untuk dijual guna mendapatkan uang untuk hidap dan juga untuk membiayai dirinya agar ia dapat bersekolah.
Begitu juga dengan Nurhayati Purba, ibuku. Ia lahir di Medan, Sumatra Utara. Ia seorang ibu yang cantik, baik dan penuh kasih sayang dalam membesarkan anak-anaknya. Ibuku berbeda dengan ayahku. Ibuku hanyalah lulusan SMK. Ibuku hanya dapat mencapai jenjang SMK karena faktor ekonomi yang menghambatnya. Meskipun hanya lulusan SMK, ibuku mampu bertahan hidup hingga sekarang. Ibuku pun juga sama halnya seperti ayahku. Ibuku juga adalah seorang yang sangat mandiri. Semenjak ia kecil, ia sudah membantu orang tuanya di ladang untuk bercocok tanam. Kedua orang tuaku adalah perantau yang dipertemukan di sebuah kota metropolitan ini.
Ketika aku terlahirkan, ayah dan ibuku telah menyiapkan nama yang cocok untuk diriku. Ayah dan ibuku memberiku nama Marsel Dimas Septhian Adwytama. Mereka memberi nama Marsel dengan maksud supaya aku dapat mencontoh dan meneladani sikap seorang santo yaitu santo Marselinus sebagai seorang martir pada zamannya. Ayahku memasukan nama Dimas karena kebetulan sekali ayahku mempunyai seorang murid yang bernama Dimas. Kata ayahku murid yang namanya Dimas ini adalah seorang murid yang patuh, baik, dan juga pintar. Ayahku berharap agar aku kelak dapat seperti anak tersebut. Nama septhian karena aku adalah anak yang dilahirkan pada bulan September dan nama Adwytama karena aku adalah anak ke dua. Aku adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Kami bertiga laki-laki semua.


Ketika usiaku baru beberapa bulan, orang tuaku mendaftarkan aku ke gereja agar aku segera dibabtis. Tepat pada tanggal enam desember 1992, aku dibabtis oleh seorang pastur. Pastur tersebur bernama pastur Arko Sudiono SJ. Pada waktu itu aku dibabtis di gereja yang tidak jauh dari rumah dimana aku dan keluargaku tinggal. Gereja St. Robertus Belarminus di daerah Cililitan, Jakarta Timur sebagai saksi hidup ketika aku dibabtis pada waktu itu. Orang tuaku memberiku nama babtis Marsel yang diambil dari nama santo Marsellinus.
Pada hari Natal tanggal 25 desember 1992 ketika aku baru berusia tiga bulan, diriku sempat digunakan sebagai persembahan. Aku digendong sambil diiringi lagu persembahan yang dibawakan oleh koor. Aku diletakan di palungan atau kandang domba seperti halnya Yesus ketika lahir pada waktu itu. Kata ayahku, ketika aku diletakan di palungan, ayahku sempat menetesan air mata. Ia pun berfikir apakah nantinya saya akan benar-benar dipersembahkan secara total kepada Tuhan untuk menjadi gembalanya. Tidak hanya ayah saya, ibu saya pun demikian. Ia pun juga terharu akan hal itu. Ia pun juga sempat berkata kepada ayahku, apakah benar nantinya anak kita yang satu ini akan bekerja di lading Tuhan.? “bisik ibuku kepada ayahku.”
Kata orang tuaku, aku adalah seorang anak yang secara umum jarang sakit sejak aku kecil hingga aku duduk di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama). Semasa kecil ketika aku memasuki usiaku yang ke dua, aku sering sekali minum susu karena aku sangat suka minum susu. Ketika aku berusia dua tahun ini, porsi minum susuku mulai bertambah. Aku selalu minum susu segelas besar sekali minum dan susu itu pun selalu aku habiskan, tak pernah tersisa. Ketika ibuku membuatkan aku dan kakakku susu, aku sempat rebutan dengan kakakku karena aku ingin mendapatkan porsi yang lebih banyak disbanding dengan kakakku. Kejadian yang seperti ini tidak terjadi sekali saja, tetapi ini terjadi beberapa kali ketika aku masih kecil.
Pada waktu aku kecil dulu, ada salah satu kebiasaanku yang tidak bisa dilupakan oleh kedua orang tuaku. Hal tersebut yaitu, ketika ayahku sedang makan, aku selalu saja menghampirinya untuk meminta apa yang sedang dimakan oleh ayahku. Terkadang apa yang sedang ayahku makan, aku selalu mengambil makanannya langsung entah dari piringnya ataupun dari tangannya.
Kata orang tuaku aku memiliki sifat yang sangat menonjol sekali dalam diriku diwaktu aku masih kecil, sifat tersebut yaitu bahwa aku ingin selalu menguasai dalam hal apapun dan terkadang hal yang ingin dilakukan oleh kakakku aku pun yang turut mengaturnya. Aku pun juga trkadang kasihan melihat kakakku yang diatur-atur oleh aku. Waktu aku masih kecil, aku pun terbilang anak yang cukup nakal. Ada salah satu kenakalanku yang sangat diingat sekali oleh orang tuaku. Jadi, karena waktu kecil aku dan kakakku sering sekali ditinggal di rumah aku sering sekali menyendiri dan pergi menuju tiang listrik untuk berdiri di bawahnya. Di bawah tiang listrik inilah aku mulai melakukan perbuatan nakalku. Aku selalu saja membuat teman sebayaku nangis setiap ada yang lewat di hadapanku. Tidak tahu kenapa, aku dapat melakukan hal yang seperti itu. Jadi, tidak heran kalau saja ada orang tua lain yang mengadu kepada orang tuaku karena anak-anaknya menangis karena perbuatanku.
Kami sekeluarga menjalani hidup ini dengan peunuh kesederhanaan. Kehidupan keluargaku terbilang cukup sulit pada waktu itu. Untuk tempat berteduh saja, orang tuaku masih mencari-cari tempat untuk mengontrak. Karena dahulu keluargaku hidup mengontrak, jadi kami sekeluarga tinggal tidak tetap dan selalu saja berpindah-pindah tempat dari tempat ke tempat ketempat yang lain. Hal yang semacam ini sangat merepotkan sekali bagi keluarga kami pada waktu itu.
Sejak aku masih sangat kecil, aku dan kakakku sering sekali ditinggal dirumah oleh kedua orang tuaku demi mencari nafkah agar dapat bertahan hidup. Orang tuaku setiap hari minggu rela pergi ke gereja-gereja hanya untuk menjual buku-buku rohani agar orang tuaku dapat menghasilkan uang. Disetiap minggu pagi kurang lebih pukul 05.00, pasti sudah ada seorang tetanggaku yang berada di dalam rumahku. Ayah dan ibuku mengirim tetanggaku tersebut ke rumah dengan maksud agar tetanggaku itu menjaga aku dan kakakku selama orang tuaku tiadak berada di rumah. Orang tuaku tidak berani meninggalkan aku dan kakakku berdua di rumah karena usia kami yang masih kecil pada waktu itu.
Karena aku dan kakakku sering sekali ditinggal berdua di rumah, aku sempat merasa sedih dan aku merasa sepi. meskipun hujan turun dan menerpa bumi ini, orang tuaku tetap saja menjalankan pekerjaannya. Mereka terlihat tidak kenal panas ataupun hujan, lelah ataupun sakit. Apa yang sudah dikerjakan terus mereka kerjakan. Hal yang semacam ini membuat aku merasa kasihan kepada orang tuaku. Meskipun aku masih kecil, ketika itu juga aku sempat berfikir dan merenungkan dengan apa yang telah terjadi pada hidup ini.
Disaat usiaku mau beranjak 5 tahun, orang tuaku mendaftarkan diriku ke TK (taman kanak-kanak). Tetapi ketika sudah didaftar, kepala sekolahnya berkata kepada orang tuaku bahwa usiaku belum cukup usianya. Jadi, akupun menunggu satu tahun lagi dan ketika satu tahun kemudian akupun mendaftar lagi. Akupun menjadi telat satu tahun. Ketika aku TK, usiaku sudah beranjak 6 tahun. Semenjak aku TK, aku setiap hari berangkat sendirian karena jarak dari rumahku ke sekolah tidak begitu jauh. Karena system masuk sekolahnya ganti-gantian (terkadang masuk pagi dan terkadang masuk siang), aku sempat mengalami hal yang memalukan bagi diriku.
Suatu hari seharusnya aku masuk pagi, tetapi aku malah masuk siang dan ternyata ketika aku ke sekolah teman-temanku sudah keluar dari sekolah. Akupun bingung dan sempat berhenti sebantar di dekat gang sekolah, lalu ada beberapa temanku yang lewat didepan aku dan ia pun berkata “tadi kan masuk pagi tau, bukan masuk siang. Hayoloh… nalo-nalo….. Hahaha…… temanku tertawa.” Akupun hanya tertawa tersenyum dan tersipu malu setelah teman-temanku berkata seperti itu di depanku. Setelah itu akupun langsung cepat-cepat pulang kerumah.
Semenjak aku naik ketingkat SD (sekolah Dasar) dari kelas 1 sampai kelas 6, aku sangat suka sekali pelajaran yang berhubungan dengan seni dan olah raga. Tidah heran kalau nilai seni dan olah ragaku lumayan bagus. Dari aku kelas 1 sampai kelas 2 SD, aku prestasiku tidaklah menarik. Aku hanya mendapat peringkat 10 saja. Dari aku kelas 3 sampai kelas 6 SD, peringkatku semakin anjlok dan nilai-nilaiku sebagian menurun.
Pada saat kenaikan kelas 4 menuju ke kelas 5 SD, aku menerimakan sakramen ekaristi (komuni pertama) di gereja St. Robertus Blarminus. Karena ketika itu aku sangat tetarik sekali untuk menjadi misdinar, akupun setelah komuni pertama langsung mendaftarkan diriku untuk bergabung dalam organisasi misdinar di parokiku. Ternyata tidak hanya aku saja yang mendaftar menjadi misdinar, tetapi teman-teman satu angkatanku juga ada yang mendaftarkan dirinya. Dalam misdinar ini akupun terbilang cukup aktif. Kalau ada latihan akupun selalu datang, terutama latihan misdinar untuk misa hari raya seperti Natal, paskah, dan lainnya. Aku juga aktif mengikuti segala macam acara yang diadakan oleh kakak-kakak dan teman-teman misdinarku. Setelah sekitar 2 tahun bergabung dalam organisasi misdinar, saya akhirnya menjalani masa-masa pelantikan ketika mengikuti acara jambore misdinar.
Disaat jambore ini ada hal yang sangat lucu sekali bagiku. Jadi ketika ketika senam pagi diadakan dalam kondisi suhu yang dingin karena berada di daerah puncak, ada misdinar yang lebih muda dariku seorang laki-laki yang bernama Efrem kecepirit ketika senam berlangsung. Yang membuat lucu ketika ada kakak misdinarku seorang perempuan duduk ketika senam selesai. Iapun menyenderkan tangannya di tanah yang berumput hijau yang berembun. Tiba-tiba ia memegang sesuatu di tangannya lalu berkata kepada orang yang berada didekatnya; “hei, apa ini yang gw pegang, kok encer-encer kuning gini si. Bau lagi. ieh... Kayanya aneh nih...” “Itu kotoran (tai) tahu.... idih, ngapain juga lw pegang-pegang terus, jorok lw...” ; kata temannya. Hahahaha......... semua yang melihatnya pun tertawa terbahak-bahak melihat kejadian konyol tersebut, begitu pula dengan aku. Diapun malu sekali dan langsung mengalihkan pembicaraan.
Dari kelas 5, akupun naik ke kelas 6. Di kelas 6 ini, kelasku menjadi kelas yang kadang tidak disukai oleh seorang guru yang bernama pak Gunawan. Ia tidak suka karena ada hal yang sebenarnya bukan kelasku yang melakukannya tetapi kelas lain. Salah satu hal tarsebut yaitu tentang permen karet yang menempel di celana bahan guruku. Jadi, ketika guruku selesai menjelaskan materi pelajaran iapun langsung duduk di kursi dimana guru duduk. Setelah menjelaskan ia langsung memberikan soal latihan untuk dikerjakan. Tidak lama kemudian ia pun mulai berkeliling untuk mengecek pekerjaan kami. Sekitar 15 menit sebelum bel istirahat, ia baru sadar kalau ada yang menempel di celananya. Ternyata yang menempel itu adalah permen karet bekas. Ia lalu marah-marah secara spontan. Kami semua yang tidak tahu apa-apa pun bingung kemarahan guru tersebut. Kami disuruh untuk mengaku, tetapi karena kami tidak ada yang tahu kami tidak berani manjwab sembarangan. Guru itu pun sempat berkata; “kalian tahu tidak, ini celana baru saja saya beli kemarin, tapi sekarang sudah rusak saja karena bekas tempelan permen karet sialan ini. Kalian tidak bisa menghargai hasil jerih payah saya ya..?” Karena kami tidak tahu apa-apa, kami sempat tertawa mendengar curhatan singkat trersebut.
Karena mingkin ia manganggap kelas kami berbohong dan tidak menghargai dia, guru itu sempat tidak masuk beberapa kali ke kelas untuk mengajar. Ia hanya meninggalkan tugas yang dititipkan ke guru lain. Selama beberapa bulan konflik dengan guru tersebut, akhirnya kelas kami dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Tidak terasa waktu perpisahan pun sudah tiba di depan mata. Pada saat perpisahan ini kami pun sempat sedih karena akan terpisah-pisah sekolah nantinya. Kami pun berbincang-bincang tentang SMP yang ingin kami masukinantinya setelah kami benar-benar resmi keluar dari SD tersebut. Sebelum berpisah dari SD, kami pun sempat menghabiskan waktu kami untuk bermain dan berolah raga bersama-sama di halaman sekolah. Kami berolah raga juga smbil melepas kejenuhan yang ada di pikiran kami.
Setelah liburan selama beberapa minggu, akhirnya aku memulai kembali kegiatan di sekolahku yang baru yaitu di SMP. Seperti halnya SMP lainnya, aku pun ketika baru hari pertama masuk dimulai dengan adanya Masa Orientasi Siswa (MOS). MOS ini berlangsung selama tiga hari lamanya. MOS yang dilaksanakan oleh para OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) ini aku jalani dengan biasa saja. Karena mentalku yang cukup kuat, jadi aku merasakan MOS yang aku laksanakan ini tidak ada apa-apanya dan kurang menantang bagiku. Meskipun ada anggota OSIS yang bentak-bentak sampai suaranya hampir habis, aku pun tetap bersikap biasa saja, tetap tenang dan tidak takut dengan segala gertakannya.
Teman-temanku ada yang sampai dipermainkan oleh kakak OSISnya dengan cara disuruh—suruh melakukan sesuatu hal yang cukup aneh ketika saat meminta tanda tangan para OSIS. Ketika ada yang menyuruh aku untuk melakukan hal yang aneh tersebut, aku pun menolahnya dengan alasan yang cukup masuk akal. Karena aku tidak mau bermuluk-muluk, aku pun langsung meninggalkan orang tersebut.
Selesai mengikuti masa orientasi, aku bersama teman-teman pun mulai mengikuti pelajaran dengan biasa. Tetapi karena kami belum saling kenal dan juga baru masuk, kami mengadakan perkenalan terlebih dahulu di dalam kelas bersama dengan guru yang sedang mengajar pada saat jam pelajaran tersebut. Aku kira teman-temanku semuanya dari kota Jakarta dan sekitarnya saja, ternyata di kelasku tidak hanya orang-orang yang berasal dari daerah saja. Ternyata ada yang dari kota Medan juga beberapa anak.
Di kelasku ini ada dua orang anak yang kerjaannya selalu saja tidak jelas dan hanya mengobrol saja setiap harinya di kelas. Kadang sekolah tidah pernah bawa buku pelajaran dan kadang juga tidak masuk sekolah atau dalam bahasa kerennya “cabut” haha..... Awalnya mereka berdua terlihat alim-alim saja dan terlihat tenang tetapi lama-kelamaan mereka terlihat liar sekali dan menghanyutkan. Tetapi dari orang-orang yang seperti ini aku juga dapat mengambil hal positif dari mereka berdua. Mekereka sebenarnya ingin belajar serius dan mereka pun baik, tetapi karena pengaruh teman-temannya di luar, mereka pun jadi ambruladul tidak karuan kemana arah tujuan masa depannya nanti.
Di semester I ini, nilai-nilaiku lumayan meskipun ada beberapa saja yang kurang memuaskan. Kerena aku orang yang suka sekali mengikuti kegiatan-kegiatan dalam suatu kelompok, maka aku pun tertarik untuk masuk OSIS. Setetal memasuki semester II, aku mendaftarkan diriku untuk ikut serta dalam organisasi tersebut. Karena aku suka dengan olah raga, maka aku mendaftarkan diriku untuk menjadi sie olah raga. Aku bersama dengan teman-teman dari sie olah raga mulai membuat program kerja kami untuk setahun kedepan. Semua progran kerja kami pun cukup sukses meskipun ada beberapa program yang belum terjalani karena berbagai macam faktor yang menghambatnya.
Sejak kelas VII awal, aku sudah masuk ke dalam ekskul paskibra. Aku masuk juga karena salah satu cita-citaku pun ingin menjadi seorang tentara pasukan. Maka, saat kelas VIII semester II, aku pun tertarik lagi untuk bergabung di OSIS tetapi kali ini aku mendaftarkan diriku sebagai sie upacara. Aku pun diterima kembali untuk bergabung di dalam organisasi ini. Aku pun menjalankan program-programku yang baru sebagai sie upacara. Sebagai sie upacara, aku pun akhirnya dapat menjalankan semua program-program kerjaku.
Selain bergabung di organisasi OSIS, aku pun juga turut serta bergabung sebagai DKP (Dewan Kerja Pramuka). Sebagai DKP aku menerangkan dan mengajari teman-teman serta adik kelasku mengenai segala macam tentang pramuka. Aku menjabat sebagai OSIS dan DKP selama dua tahun lamanya. Selama aku menjadi DKP, sudah dua kali perlombaan tentang pramuka yang aku ikuti. Tidak hanya aku saja, tetapi aku beserta teman-teman DKPku yang lainnya sebagai perwakilan dari sekolah.
DKP dibagi menjadi dua, ada DKP puteri dan DKP putra. Saat lomba pramuka di museum transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) berlangsung, kami DKP putra hanya dapat membawa pulang juara piala juara harapan, sedangkan untuk DKP puterinya hanya dapat membawa pulang piala juara tiga. Lalu ketika ada lomba pramuka lagi di SMP Santa Maria Fatimah, kami DKP putranya malah tidak mendapatkan juara, tetapi untuk puterinya untung dapat membawa pulang juara satu. Kami kalah karena memang banyak saingannya dari sekolah-sekolah lain.
Tidak terasa sudah kelas IX saja. Di kelas paling tinggi di SMP ini aku pun semakin serius dalam belajar untuk mempersiapkan UN dan UAS agar aku dapat lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Sebelum kami melaksanakan UAN, angkatanku mengadakan retret dahulu beberapa bulan sebelum ujian dimulai. Dalam retret ini aku semakin disadarkan akan pentingnya belajar guna mencapai masa depan nanti.
Ujian pun sudah dimulai dan aku pun mengerjakan segala macam ujian semaksimal mungkin. Ujian tidak terasa sudah selesai dan aku pun menunggu hasil dengan perasaan yang cukup was-was. Ku berharap agar nilai rata-rataku dapat mencapai 70 agar aku dapat memenuhi persyaratan masuk Semirari. Sebelum ujian, aku sudah mendaftarkan diriku ke dua sekolah, yang pertama di seminari dan yang ke dua di SMA St. Antonius, Prumpung. Di kedua tempat ini aku sudah menjalani tes masuk dan aku pun sudah diterima, tetapi entah kenapa aku lebih tertarik untuk memilih seminari sebagai tempatku untuk kedepannya.
Aku memilih ke seminari karena selain cita-citaku menjadi seorang tentara pasukan, aku juga bercita-cita unuk menjadi seorang pastur. Aku ingin manjadi seorang pastur sejak aku duduk di kelas VIII SMP. Aku dahulu tertarik dengan jubah yang dikenakan oleh pastur di parokiku selain itu aku ingin dapat melayani Tuhan dan juga sesamaku. aku juga terkadang ingin memberitakan tentang injil Tuhan kepada orang yang sesat hatinya, tetapi aku tidak tahu bagaimana caranya dan sementara aku tidak punya bekal apa-apa tentang kiab suci pada waktu itu. Karena demikian, akhirnya aku pun bertekat untuk masuk ke seminari tanpa suruhan dari siapapun.
Aku masuk seminari ini atas dasar keinginanku sendiri. Ketika aku mendaftar saja tidak ada satu anggota keluargaku yang mengetahui hal ini (bisa dibilang aku daftarnya diam-diam. Haha..) ini semua aku lakukan karena tekadku yang sedemikian besar sejak awal. Pada akhirnya, lambat laun orang tuaku dan adik kakakku pun mengetahui hal ini ketika aku ingin mengumpulkan formulir pendaftaran tersebut. Seperti dugaanku, ternyata benar orang tuaku tersentak kaget setelah mereka mengetahuinya.
Akhirnya setelah sekian lama ditunggu-tunggu, hasil ujian pun keluar dan aku pun cukup senang karena nilai rata-rataku dapat memenuhi persyaratan agar aku dapat masuk seminari.
Lulus dari SMP, aku pun langsung meneruskan sekolahku di Seminari Wacana Bhakti. Di Seminari aku pun juga mengikuti MOS sama seperti halnya di sekolah-sekolah lain. Tetapi, MOS di seminari berbeda sekali dengan MOS yang diadakan di sekolah-sekolah pada umumnya. MOS di seminari memang benar-benar membuat kita yang di MOS manjadi pribadi yang kuat dan pantang menyerah dalam kondisi apapun itu.
Dari mulai awal aku masuk ke dalam ruang lingkup seminari ini aku sudah mulai merasakan sesuatu hal yang berbeda. Lain sekali rasanya seperti di waktu aku masih di rumahku yang dulu, aku tinggalkan. Di sini aku mulai belajar untuk menjadi peribadi yang mandiri, tidak lagi seperti yang dahulu yang awalnnya aku kalau menuci baju masih di cuciin tetapi di dalam seminari ini aku sudah mulai mencuci pakaian sendiri. Dan kini semua pribadi aku pun aku lakukan serba sendiri, tetapi bukan maksutnya di seminari ini aku hidup menyendiri.
Di sini jikalau aku hidup menyendiri pasti aku akan sangat sulit untuk menjalani segala aktifitas yang sudah terjadwal di seminari ini. Di dalam seminari ini pastinya kita membutuhkan seorang teman agar dapat bartukar pikiran sutu sama lain. seorang teman juga sangat berfungsi bagi diri kita. Sebagai contoh, teman dapat menjadi pendorong atau penyemangat dalam diri kita jikalau kita dalam kesulitan. Seorang teman juga dapat menjadi sebuah contoh yang baik atau pun yang jelek bagi diri kita. Jadi melalui teman ini kita dapat membedakan baik buruknya seseorang.
Dalam menjalani hidup di dalam sminari ini tentunya kita juga pasti memerlukan Tuhan sebagai pembimbing dalam menapaki jalan hidup kita agar kita tidak terjerumus pada jalan yang salah. Memang untuk dapat bertahan di seminari ini sangat banyak rintangan yang harus kita lewatkan dan harus kita hadapi. Jikalau kita mau berusaha untuk menghadapi segala apa yang menjadi rintangan dalam diri kita,pasti kita akan dapat menjadi pribadi yang kuat.
Sebaiknya kita juga jangan mudah mengeluh dulu atas segala penderitaan yang ada dalam diri kita, sebab penderitaan yang kita hadapi selama ini belum sebanding dengan semua penderitaan yang di tanggung oleh Tuhan Yesus. Mungkin di intara para seminaris ada yang berfikiran bahwa dia sudah tidak kuat lagi untuk meneruskan jalan panggilannya. Sebenarnya orang yang berfikiran seperti itu pasti masih kuat, orangnya saja yang mudah manyerah dan tidak mau memikul beban salibnya dalam menapaki panggilannya. Atau mungkin saja orang itu panggilannya memang bukan di dalam seminari ini, tetapi di tempat yang lain.
Kita juga harus sadar, bahwa tidak semua orang yang akan di panggil oleh Tuhan dalam menapaki panggilannya di seminari. Mungkin saja orang-orang yang terpanggil itu adalah orang-orang yang berdosa di hadapan Tuhan. Kenapa demikian? Mungkin itu karena seperti apa yang telah tertuliskan dalam alkitab bahwa “ orang sehat tidak membutuhkan tabib, tetapi orang sekitlah yang seharusnya membutuhkan tabib.”
Di dalam seminari ini sifat yang sangat diperlukan bagi diriku adalah sifat kepekaan. Karena menurutku jika di antara kita tidak ada kepekaan antar satu sama lain pasti akan terjadi rasa saling masa bodo terhadap sesama kita. Namun mungkin saja jikalau ada diantara teman kita yang sedang membutuhkan sesuatu pertolongan tetapi orang yang sedang dibutuhkan itu tidak mempunyai suatu kepekaan pasti akan dibiarkan begitu saja oleh orang tersebut. Jadi menurutku kepekaan itu sangatlah di butuhkan di dalam komunitas ini.
Di dalam seminari ini juga sebaiknya kita janganlah memiliki sifat congkak. Sifat yang membut diri kita merasa paling benar, dan jikalau kita memiliki sifat congkak seandainya diri kita itu salah, tetapi pasti kita akan selalu menganggap bahwa diri kita selalu benar. Sebaiknya kita jauhkan diri kita dari sifat congkak, karena dengan adanya sifat congkak di dalam diri kita itu pasti hanya membuat diri kita semakin di jauhi oleh banyak orang yang ada di sekitar kita atau tempat kita berada.
Tidak hanya kita jauhi saja, tetapi sifat congkat itu harus kita hilangkan dari diri kita. Aku berkata seperti itu karena kecongkakan merupakan dasar dari semua kesalahan yang besar. Kita juga sebaiknya harus memiliki rasa saling mengasihi dan mengalah, sebab dengan demikian jikalau kita memiliki masalah pasti masalah tersebut akan mudah untuk kita selesaikan. Jikalau kita tidak punya sifat congkak, pasti kita akan sangat mudah untuk mendapatkan teman atau sahabat.
Di dalam seminari ini aku juga mencoba untuk menjalin rasa persahabatan antar satu sama lain. Entah itu dengan angkatan di seminari atau pun dengan kakak kelas. Aku di sini ingin sekali memiliki persahabatan yang kokoh atau pun erat, supaya diantara kita dapat saling membantu satu sama lain. Dengan adanya persahabatan mungkin rasa saling peduli antar satu dngan yang lain pasti akan timbul dalam pribadi diri. Dengan demikian kita juga dapat mengembangkan diri kita.
Aku juga memikirkan, jikalau aku hanya memikirkan diri sendiri dan mencari untung sendiri, pasti persahabatan tersebut tidak akan dapat bertahan lama. Menjalin persahabatan itu penting, karena persahabatan itu sangatlah susah untuk mendapatkannya kerena sahabat itu sangat lain sekali dengan teman.
Aku juga berpendapat demikian dan ingin menekankan kepada kita semua, apalagi buat kita yang sekarang ini hidupnya di dalam ruang lingkup seminari yaitu bahwa persahabatan tanpa kepentingan diri sendiri adalah sesuatu hal yang langka dan sangatlah indah di dalam kehidupan ini. Andai saja setiap manusia bersifat seperti ini, pasti hidup akan terasa libih indah lagi. Hidup itu sebanarnya indah jikalau kita bisa memaknai hidup.
Masuk seminari, aku tidak langsung masuk ke kelas X, tetapi semula dimulai dari kelas 0 atau bisa dibilang kelas KPP (Kelas Persiapan Pertama). Semenjak aku di KPP ini, aku memang banyak hal yang aku alami, salah satunya yaitu mengenai kangen terhadap keluarga. Aku merasakan hal yang seperti ini karena wajar saja, sebab dulu aku tidak pernah meninggalkan rumah selama berbulan-bulan. Tetapi, seiringnya jam dan detik yang terus berganti, akum pun semakin menguatkan diriku agar aku dapat tahan menghadapi kangenku ini.
Aku kira pelajaran di KPP ini sama seperti sekolah-sekola biasa, tetapi ternyata banyak juga yang berbeda dari sekolah pada umumnya. Bisa dilihat dari macam-macam pelajaran seperti liturgy, PKS (pengantar kitab suci), metodologi belajar, sejarah gereja, kitab suci perjanjian baru, logika bahasa, dan bahasa latin ini pasti tidaklah ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Nilai-nilaiku pun selama KPP selalu saja ada beberapa yang masih kurang memuaskan bagi diriku.
Setelah ulangan umum semester I, angkatanku di seminari melaksanakan ret-ret di biara Santa Clara. Retreat ini adalah retreat yang pertama kali aku laksanakan di seminari ini. Sebelumnya aku sudah beberapa kali mengikuti kegiatan retreat, akan tetapi retreatku kali ini sungguh sangatlah berbeda dari beberapa retreat yang sebelumnya pernah aku ikuti. Apa si arti retreat yang sebenarnya bagi diriku?
Kalu menurutku pribadi, retreat itu menyepi, mengulang kembali apa yang sudah kita lakukan di masa lampau. Di dalam retret ini kita di ajak untuk merefleksikan kembali hidup kita di masa lalu, mengenal diri sendiri dan sesama, dan merubah segala tingkah laku kita yang buruk, agar kedepannya nanti kita bisa manjadi pribadi yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Aku merasakan hal yang sangat berbeda sekali pada kesempatan retreatku kali ini, mungkin karena tempatnya juga yang berbeda yaitu di tembat biara susteran. Jadi, kami semua tidak bisa ngobrol dengan keras seenaknya. Di biara ini sungguh suasana silentiumnya (hening) terasa sekali, maka dari itu inilah salah satu yang membuat retreatku kali ini berbeda.
Dalam retreat ini, aku di ajak untuk mengetahui bahwa betapa besarnya penderitaan yang Yesus alami dalam memanggul atau memikul salib-Nya yang berat untuk dapat sampai ke puncak Golgota ( tempat tengkorak ). Ia rela memanggul salib yang berat dan wafat di kayu salib untuk kita manusia.
Ketika acara jalan salib, aku ikut mencoba merasakan penderitaan Yesus. Meskipun penderitaan yang aku rasakan dalam jalan salib itu tidak sama dengan apa yang di rasakan oleh Yesus, tetapi aku bisa sedikit merasakan betapa beratnya penderitaan tersebut. Bayangkan, itu saja baru aku sudah lelah sekali, tetapi Yesus sungguh kuat dalam memanggul salibnya untuk sampai ke puncak Golgota.
Selama retreat empat hari ini, aku merasakan sesuatu yang berbeda pada diriku. Entah kenapa aku jadi merasa lebih dekat dengan Tuhan dibanding yang sebelumnya. Aku sungguh merasakan Tuhan itu sungguh hadir dalam diriku. Buktinya ketika sudah selesai mengikuti jalan salib, aku padahal merasa lelah sekali, tetapi tidak lama kemudian entah kenapa badanku menjadi berstamina kembali.
Ini pun membuat panggilanku menjadi lebih kuat agar aku tetap lanjut di seminari. Akhirnya aku pun memutuskan untuk tetap lanjut dalam menapaki panggilan Tuhan. Aku menyadari bahwa aku memang hanyalah manusia biasa yang tidah punya kekuatan lebih separti yang Yesus miliki dan pasti tidak luput dari segala kesalahan-kesalahan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi aku yakin dan percaya bahwa Yesus akan selalu membimbing dan menyertaiku selalu sampai kapanpun dan di manapun aku berada.
Aku yakin bahwa setiap langkahku pasti selalu di lindungi dan juga dibimbing oleh Tuhan. Aku pun berani memutuskan untuk tetap di seminari karena tekatku yang sudah ada dari awal mula pada saat aku masuk. Mudah-mudahan saja dengan tetapnya saya di seminari, Tuhan tetap bersamaku dan tidak meninggalkan aku agar aku mampu menapaki panggilannya dengan sepenuh hati.
Detik-detik pambagian rapot semester tidak terasa sudah tiba. Aku pun semakin dek-dekan. Rasa was-wasku kali ini sangatlah berbeda dari yang sebelumnya. Rasa was-wasku kali ini sangatlah membara sekali, entah kenapa aku jadi seperti itu. Setelah giliranku untuk mengambil rapot di ruang rektor, setelah sekian lama berbincang-bincang dengan romo rektor aku pun tersentak kaget karena romo rektor mangatakan bahwa aku dapat melanjutkan sekolahku di SMU Gonzaga. Akupun senang sekali mendengarnya. Tetapi, aku juga sedikit sedih karena angkatanku yang masuk seminari ada 24 orang dan kini sudah tersisih 4 orang. Padahal awalnya aku mau kalo kami satu angkatan ber 24 lanjut terus, tetapi kalau yang terjadi sudah seperti ini ya apa mau dikata.



Kini aku memulai kegiatan sekolahku di SMU Gonzaga. Bersama dengan ke 20 orang teman-temanku yang seminaris dan bersama dengan ke 16 orang teman juga tetapi yang non seminaris memulai menjalankan aktifitas studiku di Gonzaga. Sudah sekitar empat bulan ini aku belajar di Gonzaga, tetapi aku merasakan bahwa rasanya nilai-nilaiku masih sangat kurang sekali dibandingkan dengan teman-teman yang lainnya. Nilai midku pun juga masih kurang memuaskan sekali dan rasanya tidak enak untuk dipandang. Rasa-rasanya aku sepertinya masih kurang sekali untuk dapat berkonsentrasi dalam belajar sehingga nilai-nilaiku pun anjlok.
Tak terasa tanggal 23 september lalu pun tiba dan tanggal itu adalah tanggal yang spesial bagiku. Tanggal itu adalah tanggal waktu aku dilahirkan. Ketika tanggal 23 september ini kebetulan aku sedang menjalani liburanku di rumah. Kira-kira pada tanggal 22 september aku sedang menonton televise hingga larut malam. Ketika aku sedang menonton, tiba-tiba saja sekitar pukul 00.04 pagi, aku mendapat banyak sms dari teman-temanku. Aku kira ada apa, banyak sms yang masuk, ternyata setelah aku baca pesan yang datang di hpku isinya adalah berbagai ucapan selamat ulang tahun yang diberikan untukku. Aku pun sempat kaget karena aku lupa aku nonton sampai jam 12an malam. Ternyata aku pun baru sadar pada tanggal 23 september ini tepatnya hari selasa yang lalu aku bertambah usia.
Aku sangat berterima kasih sekali kepada teman-teanku yang sudah mengingatkanku dan aku juga berterima kasih kepada orang tuaku yang sudah merawat aku hingga saat ini.
Sesudah mid semester selesai, kenetulan di seminari ada acara live–in ordo atau tarekat bagi yang mau ikut. Aku pun tertarik sekali untuk live-in. karena aku tertarik dengan ordo CICM (Conggregatio Imaculaeti Cordit Mariae), aku pun mengajukan diriku untuk live-in di ordo tersebut. Aku live-in di tempat itu hanyalah seorang diri. Meskipun hanya seorang diri, tetapi itu tidak memutuskan niatku untuk live-in di CICM.
Karena jadwal yang sedemikian tidak terlalu padet, maka timbul dalam diriku perasaan senang dan aku pun juga merasa enjoy. Aku merasa enjoy karena jadwal yang tidak terlalu padet, sebab jika kalau jadwal terlalu padet pun itu juga tidak terlalu baik karena dapat membuat jenuh pikiran kita sehingga pasti akan muncul rasa bosan dalam diri. Aku merasa enjoy juga karena aku menjalani hari-hari Live-Inku dengan teratur dan dengan bersemangat. Waktu yang menarik bagiku yaitu ketika waktu bermain bola dan juga kitika mengikuti kegiatan komunitas dengan manggunakan bahasa Inggris (Inglish day). English day berkesan bagiku karena di sana English day dilakukan selama satu minggu penuh dan itu jarang sekali aku dapatkan hari seperti itu.
CICM pun terlihat memiliki aspek 4 S (Sanitas, Societas, Scientia, dan Sanctitas). Memang CICM memiliki waktu bebas yang cukup banyak, tetapi CICM juga membina kihidupan dalam panggilan melalui kerohanian. Meskipun kerohaniannya tidak seperti SJ, tetapi aspek kerohanian pun tetap ada. Sebagai contoh kecil saja, para frater CICM pun mengikuti perayaan ekaristi, ibadat malam dan juga belajar Teologi. Dalam studi pun para frater juga teratur. Tetapi, menurut yang aku lihat, para frater baru sibuk dengan pelajaran kitika pukul 23.00 keatas. Jadi, wajar saja kalau sampai jam 02.00 subuh masih ada yang melek dan berkeliaran untuk membuat kopi.
Komunitas CICM mayoritas suku Flores dan suku Toraja. Para frater terlihat selalu riang meskipun ada masalah yang tersimpan dalam birinya. Frater-frater di sana juga terlihat cukup ramah dan bersahabat. Komunikasi para frater dengan paternya pun terlihat cukup baik pula. Setiap saya melihat frater berpapasan dengan pater, para frater dan paternya saling manyapa satu sama lain. Tidak hanya dengan komunitas saja, tetapi dengan warga juga terlihat baik. Begitu pula dengan kehidupan sanitas. Kehidupan sanitas CICM saya bilany cukup baik pula, karena mereka sering sekali berolah raga setiap sore dan terkadang malam hari pun mereka juga berolah raga. Mereka semua lebih sering olah raga bermain sepak bola. Rasanya aku semakin tertarik sekali untuk masuk CICM setelah menjalani live-in sendirian di sana.
Setelah tahu kehidupan studi di CICM cukup penting, kini aku pun haris meningkatkan studiku agar aku dapat dengan mudah masuk ke ordo tersebut dan tentunya juga agar aku dapat naik kelas. Aku sadar, memang untuk bisa mendapatkan hasil nilai yang baik dan agar dapat naik kelas itu butuh perjuangan dan kerja keras yang cukup agar kita dapat meraih apa yang ingin kita inginkan. Yakin dan mau berusaha adalah kunci dari segala keberhasilan yang ingin kita raih. Aku pun kini akan lebih berjuang lagi agar nilai-nilaiku yang kurang, dapat menjadi nilai yang lebih baik. Aku juga butuh orang lain agar kita dapat lebih berkembang. Tanpa orang lain aku mungkin tidak akan mudah untuk melakukan dan menggapai apa yang aku inginkan. Dan semoga di umurku yang sudah beranjak 17 tahun ini aku menjadi pribadi yang semakin dewasa dalam berfikir dan bertindak. Dan semoga saja aku dapat mengembangkan hidup studiku agar aku juga dapat menjadi manusia yang pandai dan berakal budi. Aku rasa cukup sampai disini saja rangkaian kalimat yang aku rangkai. Inilah aku dengan seberkas percikan singkat dari berbagai tulisan tentang diriku.

Kamis, 12 November 2009

To be a priest


To be a priest.? Becoming a priest is my orientation in the future. I want to be a priest because many peoples need service and the little quantitation of priest for this time. Becoming a priest is my dream when I was second grade in Junior High School.

I want to be a priest also because I look the white long cloth that were by my priest. I want becoming a priest because my friend, my parent, the bishop of Medan Mgr. Datubara, and soon. I know, becoming a priest is not easy. So, I try and hard work so that my life better than before. Because, I sure becoming a priest, I included to Seminary.

My dream is to be a priest, but also I want to be designer of picture and computer progremer. My wanting to be success full in progremer already for long time arisen. I thing becoming a designer and progremer is make me feel happy, because can has find the good things and purpose.

I have over tried to designer picture but I think is not good. It’s very bad. My working not perfect, it’s because I not yet know many steps to make it. I want to looking my skills and I want to hard work. Every one have dificullty for life, like me too. Because of that I want to hard work for it.

Rabu, 04 Maret 2009

Seksualitas

Gereja Katolik mengajarkan bahwa hidup manusia dan seksualitas manusia kedua-duanya tak terpisahkan dan suci. Gereja mengajarkan bahwa Manikeisme, keyakinan bahwa roh bersifat baik sedangkan tubuh bersifat jahat, adalah bidaah. Oleh karena itu, Gereja tidak mengajarkan bahwa seks itu dosa atau merusak hidup yang penuh rahmat. Karena Allah menciptakan tubuh manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, dan karena Dia melihat bahwa segala sesuatu yang telah diciptakannya itu "sungguh baik," (Kejadian 1:31) maka demikian pula tubuh manusia dan seks itu baik adanya. Dalam Katekismus diajarkan bahwa "tubuh adalah alat keselamatan." Sesungguhnya, Gereja menganggap ekspresi cinta antara suami istri sebagai aktivitas manusia yang paling luhur, yang mempersatukan, suami istri dalam penyerahan-diri yang seutuhnya satu sama lain, dan membuka hubungan mereka kepada kehidupan baru. “Aktivitas seksual, yang di dalamnya suami istri secara intim dan murni saling bersatu, dan yang melaluinya hidup manusia diturunkan, adalah, sebagaimana yang dikatakan oleh Konsili terakhir, ‘mulia dan layak.’” Hanya dalam hal ekspresi seksual yang terjadi di luar pernikahan sakramental, atau dalam hal fungsi prokreasi dari ekspresi seksual dalam pernikahan secara sengaja dihalang-halangi, maka Gereja Katolik mengungkapkan keprihatinan moralnya.

Selasa, 24 Februari 2009

Benak Pikiranku


Hari demi hari

telah aku jalani

telah aku lalui

tenpa ada kamu disisiku

Kutapaki kehidupan ini

kuluruskan segala liku-liku

liku-liku yang menghambat pkiranku

yang terkadang datang

datang tidak menentu

Memang…

Memang terkadang aku mampu

mampu untuk memecahkan masalahku

tetapi tidak…

tidak untuk masalahku denganmu

kali ini

Kamu selalu ada didalam benakku

dan sangat sulit untuk kulupakan

Kuingin bersama dirimu

tetapi, tiada satu orang pun yang tahu itu

dan tiada yang dapat mengerti diriku

Namun…

Hanya berdoa dan berharaplah

yang dapat aku lakukan

agar aku lebih diarahkan

Semoga saja

akan datang keajaiban

keajaiban kepada diriku

agar hidupku tidak menjadi sebuah beban

beban dimasa mendatang



7 januari 2009

Rabu, 18 Februari 2009

Retretku Panggilanku

Alpha dan Omega (awal dan akhir). Setiap manusia pasti akan ada awal dan akhirnya. Kita diciptakan untuk hidup di dunia ini dan nantinya pasti kita pun juga akan meninggalkan dunia ini pula. Tidak mungkin kita akan senantiasa hidup selamanya di dunia ini. Segala yang ada di dunia ini dan segala kenikmatan yang telah kita rasakan bukanlah segalanya bagi kita, semua ini hanyalah bersifat sementara. Kita jangan sampai mudah terpengaruh oleh segala kehidupan duniawi, sebab kehidupan duniawi hanya membuat kita menjadi ketergantungan akan hal duniawi tersebut. Hal duniawi itu memang penting, tetapi janganlah kita sampai mementingkan hal tersebut sehingga kita lupa akan Tuhan.

Retret ini adalah retret yang pertama kali saya laksanakan di seminari ini. Sebelumnya saya sudah beberapa kali mengikuti kegiatan retret, akan tetapi retret saya kali ini sungguh sangatlah berbeda dari beberapa retret saya yang sebelumnya yang pernah saya ikuti. Apa si arti retret yang sebenarnya bagi diri saya?

Kalu menurut saya pribadi, retret itu menyepi, mengulang kembali apa yang sudah kita lakukan di masa lampau. Di dalam retret ini kita di ajak untuk merefleksikan kembali hidup kita di masa lalu, mengenal diri sendiri dan sesama, dan merubah segala tingkah laku kita yang buruk, agar kedepannya nanti kita bisa manjadi pribadi yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Saya merasakan hal yang sangat berbeda sekali pada kesempatan retret saya kali ini, mungkin karena tempatnya juga yang berbeda yaitu di tembat biara susteran. Jadi kami semua tidak bisa ngobrol dengan keras seenaknya. Di biara ini sungguh suasana silentiumnya (waktu diam) terasa sekali, maka dari itu inilah salah satu yang membuat retret saya kali ini berbeda.

Dalam retret ini saya di ajak untuk mengetahui bahwa betapa besarnya penderitaan yang Yesus alami dalam memanggul atau memikul salib-Nya yang berat untuk dapat sampai ke puncak Golgota ( tempat tengkorak). Ia rela memanggul salib yang berat dan wafat di kayu salib untuk kita manusia.

Ketika acara jalan salib, saya ikut mencoba merasakan penderitaan Yesus. Meskipun penderitaan yang saya rasakan dalam jalan salib itu tidak sama dengan apa yang di rasakan oleh Yesus, tetapi saya bisa sedikit merasakan betapa beratnya penderitaan tersebut. Bayangkan, itu saja baru saya sudah lelah sekali, tetapi Yesus sungguh kuat dalam memanggul salibnya untuk sampai ke puncak Golgota.

Selama retret empat hari ini, saya merasakan sesuatu yang berbeda pada diri saya. Entah kenapa saya jadi merasa lebih dekat dengan Tuhan dibanding yang sebelumnya. Saya sungguh merasakan Tuhan itu sungguh hadir dalam diri saya. Buktinya ketika sudah selesai mengikuti jalan salib, saya padahal merasa lelah sekali, tetapi tidak lama kemudian entah kenapa badan saya menjadi berstamina kembali.

Ini pun membuat panggilan saya menjadi lebih kuat agar saya tetap lanjut di seminari. Akhirnya saya pun memutuskan untuk tetap lanjut dalam menapaki panggilan Tuhan. Saya menyadari bahwa saya memang hanyalah manusia biasa yang tidah punya kekuatan lebih separti yang Yesus miliki dan pasti tidak luput dari segala kesalahan-kesalahan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi saya yakin dan percaya bahwa Yesus akan selalu membimbing dan menyertai saya selalu sampai kapanpun dan di manapun saya berada.

Saya yakin bahwa setiap langkah saya pasti selalu di lindungi dan juga dibimbing oleh Tuhan. Saya pun berani memutuskan untuk tetap di seminari karena tekat saya yang sudah ada dari awal mula pada saat saya masuk. Mudah-mudahan saja dengan tetapnya saya di seminari, Tuhan tetap bersama saya dan tidak meninggalkan saya agar saya mampu menapaki panggilannya dengan sepenuh hati.

Jadi Tidak Berarti

Cinta…
Apalah artinya cinta
bila hanya membuatorang menderita
karena saling cinta

Kasih…
Sungguh tiada berarti
bila tiada rasa percaya
dan salingmengerti
satu sama lain

Sayang…
Apalah artinya sayang
bila hanya melalui perkataan
tetapi tidak melalui perbuatan
dan hanya berani berkata sayang
didepan yang disayang
tetapi dibelakang…
entah bersama siapa jauh melayang
melupakan
dan meninggalkan
yang semula dibilang sayang

Semua itu
sungguh amat menyakitkan
dan jadi tiada berarti lagi



Oktober 2008

LoVe

Warta TUHAN

Sebarkanlah warta ini dan mengucap syukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik!

AKU MOHON PADA TUHAN

Aku mohon sekuntum bunga
Ia memberiku taman

Aku mohon sebatang pohon
Ia memberiku hutan

Aku mohon aliran sungai
Ia memberiku samudera

Aku mohon seorang sahabat
Ia memberiku “engkau”

Aktifitas di WB





Minggu, 15 Februari 2009

Semua Yang Sia-Sia

Sejak dulu aku mencintai dirinya
namun kucoba untuk ungkapkan isi hatiku
yang telah lama terpendam dihatiku

Akhirnya dia mengerti isi hatiku
dia pun membalas perasaanku
aku pun senang dapat bersamanya
membangun kasih yang telah lama

Selama itu aku cuba
untuk setia padanya
selalu mencoba memahami
dan mengerti dirinya

Aku pun…
mulai percaya pada dirinya
percaya sepenuhnya,
bahwa dia akan terus setia

Oh ternyata…
itu semua percuma saja
seluruh kepercayaan yang aku berikan
kini hanya membuat diriku
menjadi tidak karuan


November, 2008

Persahabatan itu bagaikan pelangi:

Merah bagaikan buah apel, terasa manis di dalamnya.
Jingga bagaikan kobaran api yang tak akan pernah padam.
Kuning bagaikan mentari yang menyinari hari-hari kita.
Hijau bagaikan tanaman yang tumbuh subur.
Biru bagaikan air jernih alami.
Ungu bagaikan kuntum bunga yang merekah.
Nila-lembayung bagaikan mimpi-mimpi yang mengisi kalbu.

Thank you for our friendship!

Berkat Allah

Hangat dekapan-Mu kurasakan
ditempat yang amat dingin ini

Lembut suara-Mu kudengar
dibukit yang tinggi ini

Sungguh indah karya-Mu
ketika kumelihat dan memandangnya

Alangkah ku bahagia
dapat hidup didunia ini
kudapat merasakan
karya-Mu yang sungguh indah ini

Aku tak bisa bayangkan
jika ENGKAU tak terbitkan terang
apa yang bisa aku lakukan…?
aku tak bisa berbuat apa-apa
karena semua tidak kelihatan

Akupun tidak bisa bayangkan
jika ENGKAU tidak terbitkan gelap
apa yang terjadi…?
kita pasti tidak dapat beristirahat
sebab aktifitas pasti terus berjalan

Seluruh hasil dan karya-Mu
sungguh agung tiada duanya
sebab ENGKAU lah yang maha segalanya


Sabtu, 20 Desember 2008