Sabtu, 28 November 2009

Pakaian Liturgi atau Paramente

(Sumber: Buku Pengantar Liturgi, E. Martasudjita, Pr, hal 123-128)


Gereja perdana rupanya belum mengenal berbagai macam pakaian liturgi. Mereka hanya mengenal berpakaian yang pantas atau untuk ke pesta. Saat Gereja sudah mengalami perubahan nasib pada jaman Kaisar Konstantinus abad IV, para klerus mendapatkan penghormatan tinggi (orang telah mengenal para klerus sebagai pemimpin agama yang suci). Secara perlahan, klerus mendapat pakaian kebesaran yang dikenakan oleh para pegawai dan petinggi kekaisaran romawi pada waktu itu. Sejak saat itu, pakaian klerus diperindah dan beraneka ragam seperti jubah dan singel besar, stola dan kasula.
Pada abad V penggunaan pakaian itu resmi terjadi dalam liturgi, saat pakaian laki-laki orang Romawi Kuno, yaitu tunika digunakan dalam liturgi. Dalam perjalanan sejarah, pakaian liturgi itu mengalami perkembangan. Pakaian liturgi itu biasa disebut juga sebagai paramente.
Makna pakaian liturgi tersebut:
1. Menampilkan dan mengungkapkan aneka fungsi tugas pelayanan yang sedang dilaksanakan.
2. Menonjolkan sifat meriah pesta perayaan liturgi.
3. Melambangkan kehadiran Yesus Kristus (Persona Christi).
Mohon diingat: Penggunaan pakaian liturgi hanyalah menunjukkan bahwa si pemakai menjadi simbol dari apa yang tidak kelihatan, yakni : kepemimpinan dan fungsi Yesus Kristus, Sang Imam Agung Perjanjian Baru. Jadi, pakaian liturgi bukanlah suatu dogma yang harus selalu dipertahankan menurut bentuk dan cara pemakaiannya. Usaha menggantikan pakaian liturgi Romawi dengan pakaian adat daerah bukanlah tanpa masalah, yang penting pantas dan sesuai dalam sebuah perayaan liturgi.


Beberapa pakaian liturgi yang terpenting:
1. Alba : Semacam jubah yang terbuat dari kain linen putih. Jika imam yang tidak berjubah hendak merayakan Ekaristi, maka imam memakai alba sebagai ganti jubah.

2. Amik : sehelai kain putih persegi empat atau oblong, berbahan linen, dengan sambungan seperti pita, yang berfungsi sebagai simpul untuk mengencangkannya di seputar pundak imam.

3. Singel : tali panjang yang dililitkan di pinggang petugas liturgi yang berfungsi sebagai ikat pinggang.

4. Stola : Semacam selendang yang dikenakan imam saat merayakan Ekaristi. Warnanya sesuai dengan warna liturgi.

5. Kasula : Pakaian liturgis terluar yang dipakai oeh seorang imam dalam gereja – gereja katolik.

6. Dalmatik : Selembar tunik panjang berlengan lebar, yang dikenakan sebagai salah satu pakaian liturgis dalam Gereja Katolik Roma, Gereja Anglikan, Gereja Methodis, kadangkala dikenakan oleh diakon dalam peribadatan atau Misa dan, meskipun tidak sering, oleh para uskup sebagai busana dalam di atas alba.

7. Superpli : Alba yang panjangnya sebatas pinggang.
Sehelai tunik berbahan linen atau katun putih, berlengan lebar atau sedang. Kadang-kadang diberi hiasan renda atau bordiran, tapi yang paling sering dijumpai adalah surplis yang tepinya dikelim.

8. Pluviale : Mantel yang dikaitkan di dada, yang menjuntai hingga mata kaki, yang dikenakan oleh uskup, imam, dan diakon.

9.Velum : kain panjang segi empat disampirkan melingkari pundak dan digunakan untuk menutupi tangan pada saat membawa monstrans.

10. Pallium : Sehelai selempang berbahan wool dari bulu anak domba dihiasi enam salib hitam, disampirkan pada pundak melingkari leher, kedua ujungnya masing-masing menjuntai pada punggung dan dada pemakainya, dikenakan oleh Sri Paus dan dianugerahkan olehnya kepada para metropolitan dan uskup agung.

Warna-warna Liturgi:

1. Warna Kuning
Kuning mengungkapkan kemuliaan, kemenangan, dan kegembiraan.
Warna ini bisa dipertukarkan dengan warna putih dan dipakai pada hari-hari raya seperti Natal, Paskah, dan lain-lain.

2. Warna Merah
Merah melambangkan Roh Kudus, darah, api, cinta kasih, pengorbanan, dan kekuatan.
Warna ini dipakai pada hari raya Jumat Agung, Minggu Palma, Pentekosta, dan pesta para martir.

3. Warna Putih
Putih mengungkapkan kegembiraan dan kesucian
Warna ini bisa dipertukarkan dengan warna kuning dan dipakai pada hari-hari raya seperti Natal, Paskah, Kamis Putih. Warna putih juga dipakai untuk pesta Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, para malaikat, para santo dan santa (yang bukan martir).

4. Warna Ungu
Ungu mengungkapkan tobat, duka, dan mati raga
Warna ini dipakai pada masa Adven, Prapaskah dan misa arwah atau pemakaman.

5. Warna Hijau
Hijau melambangkan harapan, syukur dan kesuburan.
Warna ini dipakai pada hari-hari dalam Masa Biasa.

6. Warna Hitam
Hitam mengungkapkan kesedihan atau berkabung
Warna ini dipakai pada masa arwah atau pemakaman meskipun sekarang jarang dipakai. Yang kini biasa dipakai sebagai gantinya adalah warna ungu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar